Senin, 26 Juli 2010

Proposal Pengembangan Bisnis Budidaya Jamur

PENDAHULUAN
Berangkat dari niat untuk mendalami dunia usaha yang terbuka lebar serta keinginan untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat maka dengan segenap pengalaman, pengetahuan, dan berbagai hasil survey serta konsultasi, penulis menyusun proposal pengembangan usaha jamur tiram  ini. Pengembangan usaha ini dipilih atas beberapa pertimbangan diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi dan potensial, kebutuhan skill yang tidak begitu tinggi, biaya investasi yang relatif rendah.
Budidaya jamur tiram putih yang bernama latin Pleurotus ostreatus ini masih tergolong baru. Di Tasikmalaya sendiri usaha jamur tiran ini masih tergolong langka karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat serta kesadaran masyarakat untuk mulai beralih propesi terhadap usaha jamur tiram ini, maka daripada itu ini merupakan sebuah prospek yang amat sangat baik sekali bagi kemajuan usaha budidaya jamur tiram di Tasikmalaya.
Sekilas tentang Jamur Tiram

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung  tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan.
Jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan, seperti :
· Dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.
· Memiliki kandungan serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.
· Antitumor, antioksidan, dll.
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang  baik. Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Selain itu, konsumsi masyarakat akan jamur tiram cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram mutlak diperlukan dalam skala besar.
Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki serat lunak seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur tiram adalah 20 – 28°C, dengan kelembaban 80 – 90 %. Pertumbuhan jamur tiram membutuhkan cahaya matahari tidak langsung, aliran udara yang baik, dan tempat yang bersih.

Latar Belakang
Pemilihan bentuk usaha budidaya jamur tiram ini dilatarbelakangi oleh :
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar jamur tiram yang telah jelas serta permintaan pasar yang selalu tinggi memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil produksi jamur tiram.
Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh seperti serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses budidaya sendiri tidak membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia lainnya.
Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar pertanian jamur tiram.
Media pembelajaran yang bertanggung jawab bagi kami dalam memasuki dunia bisnis.

Visi
Menjadi industri menengah Nasioal budidaya jamur tiram yang memenuhi kebutuhan jamur tiram dalam negeri, khususnya daerah Tasikmalaya dan luar negri pada umumnya.
Misi
· Meningkatkan taraf hidup petani dengan menghasilkan jamur berkualitas baik.
· Memperkenalkan jamur tiram secara luas kepada masyarakat melalui pendekatan kualitas (cita rasa, mutu dan kesegaran) dan pendekatan pelayanan konsumen.
· Membuka pelatihan budidaya jamur tiram kepada masyarakat secara luas
· Mensosialisasikan manfaat jamur tiram bagi kesehatan masyarakat sekitar Tasikmalaya pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
· Menumbuhkan kekreativitasan bagi kalangan muda, khususnya bagi kami dan umumnya bagi kalangan muda yang berada di Tasikmalaya, juga untuk membuktikan bahwa kalangan muda juga mampu berkreativitas serta berguna bagi masyarakat.

ANALISIS PASAR
Deskripsi produk
Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :
-          Jamur Tiram segar
-          Produk turunan Jamur Tiram seperti kripik jamur (jamur crispy), jamur goreng tepung, jamur siap masak dalam kemasan plastik, dll.
Target Pasar
Pada tahun-tahun awal, pemasaran produk  difokuskan pada pasar domestik, ‘traditional market’,  dan ‘house need’.

Produk jamur segar yang dihasilkan akan dipasarkan ke / melalui :
1. Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan dikirim ke berbagai wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya maupun luar Tasikmalaya seperti Garut, Kab Tasik, Ciamis, kota Banjar dan Wilayah Priangan Timur lainya.
2. Pasar tradisional  Tasikmalaya dan sekitarnya. Sebagai gambaran, permintaan pasar induk seperti pasar  Cikurubuk atas produk jamur tiram ini sangat tinggi
3. sehingga untuk skala produksi yang direncanakan dalam proposal ini pemasarannya sudah cukup melalui pasar induk.
4. Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi adalah pelayanan akan faktor ‘satisfaction’ penyediaan barang, mulai dari ketepatan waktu, jenis

Kebutuhan dan Kecenderungan Pasar
Target ‘market’ usaha ini adalah konsumen jamur dari ‘house need’ sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya dan beberapa ‘retail’ pada beberapa kota besar.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih tergolongkan pada secondary goods, namun permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya pada segmen hotel dan restoran yang kebutuhan akan jamur tiramnya cukup tinggi ‘suppliers’ jamur tiram masih minim dan masih sangat dibutuhkan.
Pasar swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan akan dilaksanakan melalui sektor tersebut apabila produksi telah stabil serta sarana dan prasarana telah memadai. Prospek Pasar
Budidaya jamur tiram di Kecamatan Mangkubumi kota Tasikmalaya telah memiliki pasar yang jelas. Hal ini di sebabkan karena lokasi tempat budidaya yang dekat dengan salah satu pasar terbesar di Tasikmalaya yang siap menerima hasil produksi jamur tiram dari petani dengan harga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya. Hal ini diperkuat dengan beberapa alasan sebagai berikut:

1. Permintaan jamur tiram di daerah Tasikmalaya dan sekitarnya mencapai 5-10 kwintal /hari. Adapun produksi jamur tiram baru mencapai 2,5 – 3 kwintal /hari dari 4000 log. Ini berarti terdapat gap sebesar 2 – 7 kwintal/hari, yang sedikitnya dapat diisi dalam rencana budidaya jamur tiram ini.
2. Pasar jamur tiram saat ini telah meluas di sekitar Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten sehingga diperlukan produksi jamur tiram dalam skala besar.
3. Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk tujuan kesehatan.
4. Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari beralihnya pola makan masyarakat kepada bahan pangan organik.
5. Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi adalah pelayanan akan faktor ‘satisfaction’ penyediaan barang, mulai dari ketepatan waktu, jenis

Proyeksi Pengembangan Usaha
Usaha ini diorientasikan sebagai usaha kecil menurut banyak pakar ekonomi, namun usaha tersebut dipandang sebagai tulang punggung dalam salah satu pemulihan ekonomi Indonesia. Untuk itu pengembangan budidaya jamur ini akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap industri kecil awal, tahap industri kecil lanjut, dan tahap industri menengah. Penjelasan mengenai ketiga tahap industri tersebut adalah sebagai berikut :

A. Tahap Industri Kecil Awal
· Tahap ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya industri padat karya yang kuat dan kokoh
· Menerapkan standar produksi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil budidaya jamur.
· Penyempurnaan sistem produksi, keuangan dan distribusi.
· Penambahan tenaga kerja.
· Pencarian investor
Tahap industri kecil awal ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri kecil yang kokoh. Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri kecil awal diperkirakan berkisar antara 15 hingga 50 juta rupiah.

B.   Tahap Industri Kecil Lanjut
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap industri kecil awal. Setelah kebutuhan dana mencukupi, dan seluruh kekurangan telah dapat diatasi, maka dimulailah industri kecil lanjut yang ditargetkan untuk memiliki perijinan dan pembentukan badan usaha. Industri ini diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari pekerja kasar di bagian produksi hingga profesional di bidang pemasaran, R & D dan administrasi.
Tahap industri kecil lanjut ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri menengah nasional yang produksinya diperkirakan mencapai sedikitnya 100.000 baglog  produksi per musim. Tahap industri kecil lanjut itu sendiri diharapkan mampu memproduksi hingga 9 ton per bulan. Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri kecil lanjut ini diperkirakan berkisar antara 150 hingga 200 juta rupiah.

C. Tahap Industri Menengah Nasional
Secara umum, tahap industri menengah adalah perluasan dari industri kecil, mulai dari sistem, kapasitas produksi hingga ekspansi distribusinya. Tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan ekspor. Tahap ini diharapkan mampu menyerap sedikitnya 50 tenaga kerja. Investasi yang diperlukan masih dalam analisis.

ANALISIS OPERASIONAL
Lokasi Produksi
Lokasi usaha terletak di Kp. Cisalam desa Karikil, Kec. Mangkubumi, kota. Tasikmalaya.
Kapasitas Produksi
Diperkirakan dalam tahap awal memproduksi sekitar 1 ton/bln. Produksi dilakukan 4 kali dalam seminggu, satu minggu dihasilkan rata-rata 2,60 kwintal produksi.
Proses Produksi
Proses produksi dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :



Investasi Yang Dibutuhkan
Investasi awal yang dibutuhkan adalah sebesar 15-50 juta rupiah. Investasi diperoleh dari beberapa investor.
Rancangan produksi
Untuk tahap awal produksi ini, uang yang di investasikan akan di gunakan untuk biaya pembangunan sarana pembudidayaan jamur tiram, seperti menyewa lahan, membeli bambu, bilik, plastic, tali, paku, spon, serta pembiayaan pembangunan yang lainya.

Profil dan Struktur Kepengurusan

Struktur kepengurusan dibuat sesederhana mungkin sehingga selama tahap industri rumah tangga, tiap pengurus memegang jabatan rangkap. Susunan kepengurusannya adalah sebagai berikut :
· Satu orang Manajer Utama merangkap Manager Pemasaran bertugas mengelola perusahaan secara umum. Sebagai seorang Manager Pemasaran, ia pun bertugas membuka pasar, melakukan negosiasi bisnis dan memastikan produk dipasarkan dengan baik dan sampai ke konsumen tanpa masalah.
· Satu orang Manajer Operasional Harian merangkap Manager Produksi. Direktur Operasional dan Manajer Produksi bertanggung jawab terhadap kelancaran produksi secara keseluruhan, melakukan pengembangan bibit, memastikan produk berada dalam kondisi baik.
· Satu orang Manajer Keuangan. Manajer Keuangan bertugas melakukan analisis keuangan dan memiliki pertanggungjawaban penuh pada pengaturan arus pengembalian modal dan pembagian keuntungan pada investor. Bersama dengan manajer lainnya juga berkordinasi dalam melakukan pengembangan dan ekspansi skala produksi secara bertahap.
Dalam target jangka panjang, setelah memasuki tahap industri menengah, susunan kepengurusan akan disempurnakan dengan penambahan pengurus baru dan tidak ada lagi jabatan rangkap. Divisi produksi akan diorientasikan sebagai divisi padat karya, sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja terlatih akan direkrut dari lulusan yang cakap dan ulet, dan tenaga pemasaran akan ditambah sesuai dengan kapasitas produksi berjalan.




ANALISIS KEUANGAN
A. Analisis Biaya dan Pendapatan  (Skala Produksi 1 ton)
1. Modal tetap

Uraian Jumlah Harga Total
Lahan 2 tahun 2 juta 2.000.000
Bambu 100 batang 6000 600.000
Bilik 250 meter 7000 1.750.000
Plastik 20 kg 25000 500.000
Spon 40 lmbar 15.000 600.000
Tali 20 kg 4000 80.000
Paku 10 kg 22000 220.000
Peralatan : Cangkul, skop, ember,sprayer dll
3.000.000
Total 7.750.000

2. Biaya Penyusutan
Nilai ekonomis lahan dan peralatan   : 2 tahun
Rp. 7.750.000                                     : 4                  =  Rp. 1.937.500

3. Modal kerja (Biaya operasional)
a. Bahan baku untuk 5000 log

No Uraian Jumlah Unit Biaya/unit Total
1 Serbuk kayu 20 Kg 5000 100.000
2 Dedak 2 kwintal 1200/kg 240.000
3 Kapur 100 btg 500 50.000
4 Majun 20 5000 100.000
5 Karet Gelang 1 kg 30000 30.000
6 minyak Tanah 10 Ltr 8000 80.000
7 bibit sebar 200 2000 400.000
8 8. Alkohol 1 btol 15000 15.000
9 9. Upah *30 30000 900.000
Total 1.915.000

b. Gaji pegawai
Jumlah total per musim        = Rp. 1.000.000,_

c. Utilitas

No Uraian Banyak unit Biaya Total
1 Listrik 1 100000 100.000
2 Transportasi 1 100000 100.000
3 Air 1 50000 50.000
Total 250.000

4.    Total Modal       = Modal tetap +modal Kerja
= Rp. 7.750.000 + Rp. 1.915.000 + Rp. 1.000.000 + Rp. 250.000
= Rp. 10.915.000

5.    Pendapatan kotor
Produksi jamur (kegagalan 20%)    =  4000log x 0,5kg = 2000kg
2000kg @ 5000                                           = Rp. 10.000.000,_

6.    Biaya Produksi = Biaya penyusutan + modal kerja
= Rp. 1.787.500 + Rp. 1.915.000 + Rp. 1.000.000 + Rp. 250.000
= Rp. 4.952.500

7.    Pendapatan bersih (Net Profit)         =  pendapatan kotor – biaya produksi
=  Rp. 10.000.000 – Rp. 4.952.000
=  Rp. 5.048.000,_

B. Break Event Point
BEP Produksi                 = Total biaya produksi / harga satuan/kg
= 5.048.000 / 5000
= 1010 kg
Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak mengalami kerugian bila jumlah produksi sebesar 1010 kg
BEP Harga                      = Total biaya produksi / jumlah produksi
= 5.048.000 / 2000
= Rp. 2524
Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami kerugian bila harga jual Rp. 2524  per kilo

C. Benefit Cost Ratio
BC Ratio                          = Rp. 5.000.000 / Rp. 10.315.000
= 0,5
Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha pembibitan bibit jamur adalah 0,5 di atas total biaya.
D. Masa Pengembalian Modal
Masa pengembalian modal = Rp. 5.000.000 + Rp. 1.787.500     x 100%
Rp. 6.787.500
= 50%
E. Pembagian keuntungan
Pembagian keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai berikut:
Kepentingan sosial                     :  5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%)
profit
Pengembangan usaha              :  25 % profit
Pengelola                                      :  20 % profit
Dividen investor                       :  50 % profit (20% profit share ; 30%  pengembalian modal)

PENUTUP

Demikian proposal pengembangan usaha jamur tiram ini penulis susun. Dari hasil analisis penulis mengenai peluang pemasaran, operasional, dan keuangan, penulis optimis bahwa budidaya jamur tiram ini layak dan berpotensi tinggi untuk dikembangkan.

Rabu, 21 Juli 2010

Budidaya Jamur Kancing/Champignon



Tahapan budidaya jamur kancing pada dasarnya hampir sama dengan jamur kompos lainnya seperti jamur merang yaitu dimulai dengan pembuatan kompos, sterilisasi, inokulasi/penanaman bibit, dan pemanenan. Perbedaannya terletak pada perlakuan di dalam beberapa tahapannya.

Berikut tahapan-tahapan dalam budidaya Jamur kancing :

1. Pengomposan

Jerami merupakan salah satu media utama dalam budidaya jamur kancing. Kandungan hara dalam jerami seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) sangat diperlukan untuk pertumbuhan jamur. Hanya saja unsur Nitrogen dalam jerami belum mencukupi kebutuhan jamur untuk tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan tambahan media lain yang memiliki kandungan N yang cukup tinggi seperti pupuk organik atau pupuk alami dari kotoran kuda atau kotoran unggas. Selain unsur-unsur tersebut, jamur juga memerlukan nutrisi dan vitamin yang bisa diperoleh dengan penambahan bekatul/dedak. Untuk menjaga pH media tanam agar tetap netral (pH 7) diperlukan juga penambahan kapur (CaCo3). Bahan lain yang sangat dianjurkan untuk ditambahkan yaitu air kelapa karena kandungannya yang lengkap . Air kelapa kaya akan mineral, vitamin, gula, maupun asam amino yang sangat baik untuk pertumbuhan jamur.

Supaya nutrisi dalam media dapat diserap dengan mudah oleh jamur, media tanam perlu dimatangkan/dilapukkan terlebih dahulu melalui proses pengomposan. Pengomposan selain dapat melapukkan media, juga dapat mematikan mikroba-mikroba patogen/penyakit sehingga dapat mengurangi kemungkinan kontaminasi.

Beberapa formula media tanam yang bisa digunakan dalam budidaya jamur kancing diantaranya :

a) Formula 1

* 100 kg jerami
* 5 kg Bekatul
* 2 kg Kapur
* 1 kg ZA
* 3 kg Urea
* 3 liter Air Kelapa

b) Formula 2

* 100 kg jerami
* 10 kg kotoran kuda / kotoran ayam
* 5 kg bekatul
* 1 kg urea
* 2 kg kapur

Teknik Pengomposan :

* Jerami dipotong-potong (semakin kecil semakin baik) kemudian dicuci dengan air mengalir. Setelah bersih dari tanah dan zat-zat pengotor lainnya, jerami ditiriskan. Kelembaban jerami dijaga antara 60-70% yang ditandai dengan kondisi jerami yang basah tetapi ketika diangkat airnya tidak sampai menetes.
* Jerami selanjutnya disusun setinggi 10-15 cm, kemudian diselingi dengan menaburkan kapur, bekatul, dan kotoran kuda/ayam di atasnya. langkah tersebut diulang hingga tumpukan jerami mencapai ketinggian ±1,5 m. Agar pengomposan berjalan dengan baik, tumpukan media jerami sebaiknya di tutup dengan terpal atau plastik.

Untuk menghasilkan kompos yang merata, lapisan di aduk setiap tiga hari sekali. Tiga hari pertama lapisan diaduk/dibalik sambil ditambahkan urea. Tiga hari kedua atau hari keenam lapisan dibalik lagi sambil ditambahkan dengan ZA. Setiap tiga hari selanjutnya lapisan di balik tanpa penambahan zat lain. Pengomposan dilakukan selama 18-21 hari. Proses pengomposan yang sempurna akan menghasilkan kompos dengan cirri warna yang gelap, tidak berbau, struktur halus/remah dan pH netral (pH 7).
1. Sterilisasi

Setelah tahap pengomposan selesai selanjutnya dilakukan sterilisasi di dalam ruang khusus atau kumbung yang tertutup rapat. Sterilisasi dilakukan dengan mengalirkan uap air panas selama 8-10 jam dengan suhu antara 60-70°C. Selanjutnya, suhu dipertahankan pada angka 40-50°C selama 24-36 jam.

2. Inokulasi/Penanaman Bibit

Setelah sterilisasi selesai dan suhu media telah menyamai suhu ruang, selanjutnya bibit ditebarkan di bagian atas dan tengah media. Kumbung jamur harus tertutup rapat seperti halnya dalam budidaya jamur merang. Suhu di dalam kumbung dijaga antara 20-25°C, dengan kelembaban antara 80-90%. Sirkulasi udara di dalam kumbung harus merata. Untuk itu diperlukan penggunaan kipas angin atau bahkan AC sehingga sirkulasi udara akan tetap lancar sekalipun ruang dalam keadaan tertutup rapat.

Dalam waktu ±2 minggu, miselium sudah mulai tumbuh memenuhi permukaan media. Tahapan selanjutnya yaitu proses pelapisan tanah setebal 2,5-5 cm di atas kompos yang telah ditumbuhi miselium. Pelapisan tanah sangat penting dilakukan untuk menopang jamur agar dapat berdiri tegak. Selain itu beberapa manfaat lainnya yaitu :

a) membentuk mikroklimat/kondisi ruangan yang lembab sehingga dapat merangsang pertumbuhan tubuh buah.

b) Menahan air dalam kompos sehingga kompos tidak mudah kering.

c) Mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit.

Syarat tanah yang bisa digunakan untuk pelapisan kompos ini yaitu :

a) Memiliki pH netral (pH ±7)

b) Bersih dari hama dan penyakit (disterilisasi dengan menggunakan uap panas dengan suhu 70°C selama ±4 jam)

c) Memiliki pori sehingga dapat menyimpan air.

Setelah proses pelapisan tanah selesai, pintu dan jendela ditutup kembali. Adapun sirkulasi dihasilkan dengan bantuan kipas angin. 14-20 hari setelah proses pelapisan tanah, mulai diberikan aerasi dengan membuka lubang ventilasi baik dari pintu ataupun jendela. Suhu ruangan untuk tahap pembentukan tubuh buah ini dijaga antara 16-20°C. Kisaran suhu ini dapat diperoleh dengan bantuan penyiraman atau pendingin AC, atau dengan membuka pintu dan jendela. Cara lain yang lebih sederhana yaitu dengan menyimpan balok balok es di dalam ruangan. Perlakuan suhu rendah ini bertujuan untuk memicu perubahan fisiologis dari pertumbuhan miselium ke pembentukan tubuh buah.

3. Pemanenan

Beberapa hari setelah pengondisian dengan suhu rendah, bakal tubuh buah jamur akan mulai tumbuh. Rentang 10-15 hari setelah munculnya bakal tubuh buah, jamur kancing sudah siap panen. Pemanenan dilakukan pada saat jamur dalam stadium kancing.

Muhammad Willy Zulkarnaen

Jamur Kancing (Champignon)


TASIKMALAYA. Jamur termasuk bahan makanan yang digemari, baik di dalam maupun di luar negeri. Bukan tanpa alasan orang-orang menggemari jamur. Selain rasanya lezat seperti daging, jamur juga mengandung banyak gizi dan punya sederet khasiat.

Salah satu jamur yang banyak dikonsumsi adalah jamur kancing atau champignon. Jamur yang bernama latin Agaricus bisporus ini berwarna putih dengan tudung kecil berukuran tiga hingga lima sentimeter, dan tangkai maksimal enam cm.

Sayangnya, jamur ini masih sulit dibudidayakan, karena hanya bisa hidup di daerah bersuhu rendah berkisar 17 derajat - 20 derajat celcius. Di Indonesia, budidaya champignon terdapat di dataran Tinggi Dieng, Purwokerto, Probolinggo dan Pangalengan Bandung.

Champignon banyak dicari karena selain tekstur dan rasanya yang lezat, juga berkhasiat mengurangi resiko Penyumbatan pembuluh darah akibat kolesterol, juga sebagai bahan baku kosmetik. Pasarnya selain untuk konsumsi dalam negeri, juga untuk ekspor.

Salah satu pembudidaya champignon di Jawa Timur adalah PT Suryajaya Abadi Perkasa. Manajer Marketing Suryajaya, Tri Setyo Wahyudi menyebut permintaan jamur saat ini tetap tinggi dan stabil dari tahun ke tahun.

Saban hari, Tri menyebut bisa menghasilkan sekitar 1 ton - 3,5 ton champignon, atau berkisar 30 ton hingga 100 ton per bulan. Semua hasil panen ini selalu habis terjual, baik dalam bentuk segar, maupun yang diawetkan dengan air garam.

Champignon dijual seharga Rp 13.500 per kilogram dalam kondisi segar. Sedangkan, untuk jamur yang sudah diawetkan dalam kaleng atau plastik (pouch) dihargai Rp 12.000 per kilogram. Sehingga, omset bulanan dari jamur kancing ini saja berkisar Rp 400 juta. "Tapi, marginnya hanya 15% untuk penjualan di dalam negeri, sedangkan dari ekspor hanya 10%," sebut Tri.

Perusahaan yang sudah mulai budidaya jamur sejak 1994 ini membudidayakan champignon di lahan seluas 10 hektare, dengan media tanam dari campuran ampas tebu dan sekam. Dibutuhkan waktu sekitar 1 hingga 1,5 bulan sebelum jamur bisa dipanen.

Pemasaran champignon produksi Suryajaya saat ini sekitar 80% ke wilayah Jatim, Jateng, Bali, dan Kalimantan. Sedangkan, 20 persennya diekspor ke Belanda, Jepang, USA, dan Yunani.

Pemain lain yang menjadikan champignon sebagai ladang bisninya adalah Zeta Agrofarm. Pemiliknya, Imam Bastori menyebut dia tidak memproduksi sendiri, tapi mengambil dari Purwokerto dan Dieng.

Imam bilang permintaan jamur masih tetap stabil. Sejauh ini permintaan datang dari supermarket, pasar, dan restoran di wilayah Jabotabek. Tapi, ada juga eksportir yang memesan untuk dibawa ke Singapura.

Setiap bulan dia bisa menjual 3 hingga 4 ton jamur kancing seharga Rp 24.000 hingga Rp 38.000 per kilogram. Rata-rata saban bulan, dia bisa meraup omset Rp 70 juta - Rp 90 juta, dengan margin 20%.

Baik Tri maupun Imam mengamini kalau peluang bisnis jamur ini masih bagus. "Pemain di komoditas ini masih terbatas, sementara permintaan cukup besar," kata Tri.

Makanya, tri menyebut saat ini mereka berusaha meningkatkan kondisi penanaman, sehingga bisa menggenjot produksi sebab permintaan dinilai akan terus bertumbuh.

Sementara, Imam sejauh ini terkendala pengemasan, yang menahannya mengekspor langsung jamur kancing. "Kalau kondisi fresh dan tidak dikemas (diawetkan) hanya bisa tahan maksimal 1 minggu," sebut Imam.

Ke depan, supaya bisa terus bertahan meski bermunculan banyak pemain, Tri bilang mereka berusaha mengedepankan kualitas dan kontinuitas. Selain juga, meningkatkan promosi lewat internet maupun distributor.(mWz)